//pc
//hp
Budaya Mutu
Disdikbud Kab. Siak - 07 Juli 2021, Pukul 10:30 WIB

By:  L.NFirdaus

Setiap kali kita menilai sesuatu barang atau pun jasa dalam ruang dan waktu pelayanan publik, sebetulnya saat itu kita dapat langsung menilai secara persepsional tentang budaya mutu orang atau pun perusahaan yang menyediakan barang dan jasa itu.

Ingat Nestle? Nama salah satu perusahaan  Swiss (Switzerland) pengolah susu dengan mutu terbaik di dunia. Mulai generasi 1.0 hingga 4,0 atau mungkin kelak sampai hilang generasi,  Nestle tetap atau akan menjadi pujaan hati orang-- sampai ke ceruk-ceruk Kebun Getah dan Kelapa Sawit; tak perduli ada signal internet atau kah tidak. 

Pernah dengar atau baca tentang Bushido? Etos kerja Jepun yang menjadi jiwa dan akidah para Samurai dalam melayani publik. Mendengar atau membaca kata Samurai, minda kita langsung tertuju kepada jalan pedang yang suka membuat kepala orang terpelanting ke tanah. Padahal kata “Samurai” itu artinya “melayani” atau hasrat menolong orang lain.

Para  Samurai Pengasih (Compassionate  Samurai@Brian Klemmer) memiliki nilai-nilai kuat, yang dapat mewujudkan apa pun, sekaligus mengabdikan hidupnya untuk melayani. Dia adalah sosok individu yang tegas, efektif, sekaligus terhormat dan baik budi. 

Sebetulnya, tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal kecerdasan dalam melayani public. Swiss tak punya perkebunan coklat, apatah lagi Kelapa Sawit. Tapi Swiss dikenal sebagai negara pembuat Coklat terbaik di dunia. Negara Swiss sangat kecil, hanya 11?ratannya yang bisa ditanami. 

Jepun? Daratannya 80?rupa pegunungan.   Pun tak cukup untuk meningkatkan pertanian & peternakan. Tapi Jepun macam “industri terapung” (floating industry) yang gigantis. Dia impor bahan baku dari semua negara di dunia. Setelah jadi  barang bernilai tambah tinggi,  dia humban balik (ekspor) ke negara tempat dia membeli bahan baku yang jauh lebih murah tadi. 

Jadi, Budaya Mutu itu sesungguhnya  suatu sistem nilai dari individu atau pun sebuah organisasi/perusahaan yang menghasilkan keadaan lingkungan yang kondusif dalam pembentukan perbaikan yang berkelanjutan dalam segi mutu. Orang merasa betah dan nyaman bekerja melayani orang dengan Sepenuh Hati. Bukan sebaliknya, orang gelisah dan tak betah dan menggerutu sambil mempergakan akidah pelayanan Setengah Hati. 

Budaya Mutu terdiri dari nilai-nilai, tradisi, prosedur, dan harapan yang mengedepankan mutu. Sebetulnya dalam hal kecerdasan melayani orang,  Swiss, Jepang, dan Indonesia sama. Cuma bedanya ada pada sikap/perilaku masyarakatnya, yang telah dibentuk sepanjang tahun melalui kebudayaan dan pendidikan.

Budaya Mutu Bedelau (excellence, winner), dengan sepenuh hati respek terhadap perkara: 1) etika sebagai prinsip dasar dalam kehidupan sehari-hari, 2) Jujur dan berintegritas, 3)bertanggung jawab, 4) hormat pada aturan & hukum masyarakat, 5) hormat pada hak orang/warga lain, 6) cinta pada pekerjaan, 7) berusaha keras untuk menabung & investasi, 8) mau bekerja keras, dan 9) Tepat waktu. 

Budaya Mutu Belangau (Worse, loser),  tetap berkepala batu dengan minda karatan dibelenggu oleh rutinitas zona kematian. Inilah golongan pekerja beracun (toxique employee) sering menyebabkan Pimpinan Perusahaan/Organisasi mengalami pecah pembuluh darah otak alias Stroke.  

Insyaf lah…..

÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷

 L.NFirdausAnggota Komite Penjamin Mutu  BPSDM Provinsi Riau, Direktur Eksekutif  Center for Teacher Mind Transformation  (CTMT) FKIP Universitas Riau